DPR Malah Turunkan Belanja Negara untuk Pembangunan
Penulis : Khaerudin | Senin, 31 Desember 2012 | 21:34 WIB
:
KOMPAS/HERU SRI KUMORO
Ilustrasi
Siti Latifah (27212060)
Mulai dari korupsi, pertumbuhan ekonomi yang tidak merata, terkikisnya identitas bangsa, dan lain lain.untuk itu kami warga Negara Indonesia menunggu solusi-solusi atas berbagai masalah itu yang harus diselesaikan oleh para jajaran pemeritahan agar tidak menimbulkan kecemasan serta tindakan menyimpang lainnya.
Pengeluaran pembangunan yang di kurangi oleh DPR dalam pembahasan RAPBN banyak menimbulkan berbagai masalah, terutama dalam proyek-proyek fiktif. Proyek tersebut menjadi modus kecurangan dalam pembahasan anggaran disebabkan oleh Korupsi. Seharusnya nilai pengeluaran pembangunan sudah di naikan oleh DPR sejak RAPBN dibahas. Dalam hal ini sebaiknya pemerintah harus menindaklanjuti serta menyelesaikan permasalahan yangmenyebabkan melonjaknya nilai pengeluaran pembangunan. Agar kelancaran pengeluaran pembangunan dalam proyeksi, para pegawai mesti di ajak menstabilkan pelaksanaan proyek tersebut. Agar tidak ada campur tangan oknum-oknum yang berbuat curang dengan mengambil dana anggaran belanja
JAKARTA, KOMPAS.com- Keanehan dalam fungsi penganggaran
Dewan Perwakilan Rakyat saat membahas Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
bersama pemerintah, sebenarnya dapat terlihat setiap tahun. Salah satunya
adalah saat DPR membahas mata anggaran belanja negara untuk pengeluaran
pembangunan.
Dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun
2012, pemerintah mengusulkan pengeluaran pembangunan sebesar Rp 477,5 triliun.
Tetapi setelah dibahas bersama DPR, jumlah pengeluaran pembangunan justru
berkurang menjadi Rp 456,6 triliun.
Menurut Koordinator Masyarakat Pemantau Parlemen
Indonesia (Formappi) Sebastian Salang, keanehan ini sebenarnya teramat nyata
terlihat karena giliran membahas RAPBN untuk pengeluaran pembangunan, DPR
menguranginya. Akan tetapi setelah APBN disahkan, dan pada pertengahan tahun,
DPR membahas APBN-Perubahan, barulah pengeluaran pembangunan kembali meningkat.
Dalam APBN-P 2012, pengeluaran pembangunan menjadi Rp 521
triliun. "DPR baru mengubah pengeluaran pembangunan di APBN-P. Kenapa
dilakukan saat pembahasan APBN-P, padahal kan waktunya mepet, menjelang akhir
tahun anggaran. Inilah anehnya. Makanya banyak sekali proyek-proyek fiktif.
Bahkan proyek-proyek yang dikorupsi ini, kebanyakan karena dapat anggaran saat
APBN-P. Ini menjadi modus kecurangan dalam pembahasan anggaran," kata
Sebastian.
Menurut dia, seandainya tak berniat curang, seharusnya
nilai pengeluaran pembangunan sudah sejak RAPBN dibahas, sudah dinaikkan oleh
DPR. Apalagi pengeluaran pembangunan adalah untuk kepentingan publik.
Ini berbeda ketika DPR membahas belanja rutin untuk pegawai.
Justru awalnya pemerintah mengajukan pengeluaran rutin (belanja pegawai) dalam
APBN 2012 sebesar Rp 476,6 triliun. Tetapi setelah dibahas bersama DPR,
nilainya malah melonjak menjadi Rp 508 triliun.
Editor :
Marcus Suprihadi
Setiyanti Rianta (26212947)
Seperti sudah menjadi tradisi, setiap tahun pasti banyak
kalangan parpol dan politisi membutuhkan banyak dana segar. Tak pelak, struktur
APBN pun mendapat sorotan dari berbagai kalangan. Semua sudah jelas
indikasinya, mulai dari penggunaan dana hibah, dana sosial, dan dana kunjungan
kerja yang bertujuan untuk memobilisasi masyarakat. Nantinya dana ini akan
digunakan untuk yang tidak sesuai dengan harapan masyarakat yaitu untuk
infrastruktur. Padahal, presiden menyatakan APBN harus dikelola dengan baik dan
efisien, dan semua itu hanya wacana belaka.
Sejak lama APBN Indonesia memang tidak pro rakyat dan
justru lebih pro pada elit politik. Dilihat dari RAPBN 2013 juga seperti itu,
saat ini masih mengalami kontraksi dimana struktur APBN belum pro masyarakat.
Seharusnya, APBN itu harus pro rakyat, karena telah diamanatkan oleh
undang-undang. Tepatnya, pada pasal 3, disebutkan kalau APBN itu harus dikelola
dengan transparan, akuntabel dan sepenuhnya dilakukan untuk kemakmuran rakyat.
Tetapi kenyataannya tidak seperti itu, dalam hal ini penikmat APBN hanya
segelintir orang saja. Boleh dikatakan jika pemerintah dan DPR telah gagal
mengelola APBN, karena tahun demi tahun Indonesia selalu mengalami defisit
anggaran.. Ujung-ujungnya pemerintah melakukan pinjaman luar negeri untuk
menutupi defisit anggaran yang terjadi.
Apalagi biasanya tahun-tahun mendekati pemilu sangat
dimungkinkan adanya indikasi bahwa anggaran digunakan untuk politik. Postur
anggaran yang tidak pro terhadap rakyat adalah ulah dari pemerintah dan DPR
yang menyetujui tersebut. Bisa saja karena mendekati pemilu, mereka
berlomba-lomba mengumpulkan dana untuk pemilu. Tidak hanya mendekati pemilu
tetapi sebelum pemilu pun selalu begitu. Yang menjadi permasalahan adalah
mindset pemerintah dan DPR yang menyusun APBN sehingga nantinya akan berakibat
kepada pemerintahan berikutnya yang mau tidak mau akan mengikuti rancangan
sebelumnya.
Siti Latifah (27212060)
Mulai dari korupsi, pertumbuhan ekonomi yang tidak merata, terkikisnya identitas bangsa, dan lain lain.untuk itu kami warga Negara Indonesia menunggu solusi-solusi atas berbagai masalah itu yang harus diselesaikan oleh para jajaran pemeritahan agar tidak menimbulkan kecemasan serta tindakan menyimpang lainnya.
Pengeluaran pembangunan yang di kurangi oleh DPR dalam pembahasan RAPBN banyak menimbulkan berbagai masalah, terutama dalam proyek-proyek fiktif. Proyek tersebut menjadi modus kecurangan dalam pembahasan anggaran disebabkan oleh Korupsi. Seharusnya nilai pengeluaran pembangunan sudah di naikan oleh DPR sejak RAPBN dibahas. Dalam hal ini sebaiknya pemerintah harus menindaklanjuti serta menyelesaikan permasalahan yangmenyebabkan melonjaknya nilai pengeluaran pembangunan. Agar kelancaran pengeluaran pembangunan dalam proyeksi, para pegawai mesti di ajak menstabilkan pelaksanaan proyek tersebut. Agar tidak ada campur tangan oknum-oknum yang berbuat curang dengan mengambil dana anggaran belanja
Demi kepentingan publik apa susahnya berusaha semaksimal mungkin demi kesejahteraan Bangsa & Negara. Begitu banyaknya masalah korupsi, pemerintah sampai keteteran menangani kasus tersebut, itu semua disebabkan karena para lembaga Pemerintah & Dewan Perwakilan kurang memperdulikannya, tetapi hanya mementingkan lembaganya sendiri yang menyebabkan para anggotanya begitu mudah melaksanakan tindakan Korupsi. Semua iniperlu di tangani oleh lembaga-lembaga lainnya. Contohnya: seperti BPK (Badan Pemeriksaan Keuangan). Lembaga ini seharusnya berperan penting, supaya tidak ada lagi kecurangan terhadap nilai pengeluaran pembangunan.
Suriana Juniarti (27212205)
Suriana Juniarti (27212205)
Dalam
artikel ini, jelas sekali terlihat bahwa ini merupakan tindak korupsi yang
dilakukan oleh pejabat-pejabat negara seperti DPR. “Keanehan ini sebenarnya
teramat nyata terlihat karena giliran membahas RAPBN untuk pengeluaran
pembangunan, DPR menguranginya”. Kalimat inilah yang menjadi bukti bahwa adanya
tindak korupsi politik yang dilakukan DPR. Padahal, masalah pembangunan ekonomi
terutama infrasturktur public merupakan bagian terpenting untuk perekonomian
bangsa. Pembangunan infrastruktur sangat diperlukan untuk mengurangi
pengangguran. Caranya, pemerintah dapat membangun infrasturkur yang dapat
membuka lapangan pekerjaan seperti pertanian dan sebagainya. Dan tidak menutup
kemungkinan, tingkat kemiskinan dapat menurun.
Pada
kenyataannya, Pemerintah dan DPR mengabaikan aspek terpenting yang seharusnya
diperhatikan yakni rencana pembangunan ekonomi ke depan. Bahkan, pencapaian pertumbuhan
ekonomi yang baik tidak dibarengi dengan tingkat kesejahteraan masyarakat.
Seandainya tidak berniat curang, seharusnya nilai pengeluaran pembangunan sudah
ada sejak RAPBN dibahas, sudah dinaikkan oleh DPR. Apalagi pengeluaran
pembangunan ini adalah untuk kepentingan public dan juga meningkatkan
kesejahteraan masyarakat Indonesia.
Wardah
Solihah (27212659)
Dari artikel diatas saya dapat
memberikan sanggahan bahwa saya mulai mencium adanya kejanggalan dalam kegiatan
DPR mengenai APBN melainkan praktek korupsi.
korupsi itu terjadi karena
terpengaruh ketidaktegasan pimpinannya. Karena itu, pimpinan harus
berintegritas, tauladan, antigratifikasi, dan menolak korupsi, kolusi, dan
nepotisme. "Dikatakan bahwa atasan harus berani pecat anggotanya. Hukum
dari mana kalau dia terima dari bawah?"
Dalam prakteknya jelas-jelas dalam
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2012, pemerintah
mengusulkan pengeluaran pembangunan sebesar Rp 477,5 triliun. Tetapi setelah
dibahas bersama DPR, jumlah pengeluaran pembangunan justru berkurang menjadi Rp
456,6 triliun. Ini merupakan satu kejanggalan, orang tampaknya lupa, Indonesia
di masa orde baru telah mengingatkan kita bahwa lembaga eksekutif janganlah
diberi keleluasaan yang terlampau besar dalam menyusun anggaran, tanpa adanya
mekanisme pengawasan dari DPR. Singkatnya, keterlibatan DPR dalam pembahasan
APBN harus lebih diperhatikan kembali.
Sebenarnya hal semacam ini dapat menimbulkan citra buruk bagi pemerintahan di
Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar